Bertambah umurnya setahun demi setahun, berita tentang kecerdasannya makin ramai dibicarakan orang. Telah diriwatkan bahwa tatkala beliau masih muda, ketika berada di Damaskus pernah bersengketa dengan seorang tua penduduk kota tersebut tentang suatu hak kepemilikan. Setelah putus asa menyelesaikan dengan adu argumen, maka maslah tersebut dibawa kepengadilan.
Ketika keduanya telah berada di depan hakim,
Iyas mengemukan argumennya dengan suara lantang kepada rivalnya. Lalu ditegur
oleh qadhi,
Qadhi : “Rendahkanlah suaramu
wahai anak! Karena lawanmu adalah seorang yang sudah besar baik secara usia
maupun kedudukannya.”
Iyas : “Akan tetapi kebenaran lebih besar dari pada dia.”
Qadhi : “(Dengan marah
berkata) Diam!”
Iyas : “Siapakah yang akan mengemukakan alasanku jika aku diam?”
Qadhi : “Aku tidak
mendapatkan semua keteranganmu sejak masuk majlis ini selain kebathilan.”
Iyas : “Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalahu, jujurlah,
apakah kata-kataku haq ataukah bathil?”
Qadhi : “Benar, demi Rab-ul
Ka’bah... Benar.”
Shuwaru min Hayati Tabi’in, Mereka Adalah Para
Tabi’in (Edisi Indonesia). DR. Abdurrahman Ra’fat Basya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar