Diantara ucapan kita terhadap syari’at;
“Itu kan Cuma Sunat!” lantas tanpa menyesal meninggalkannya.
“Itu kan Cuma MAKRUH!” kemudian kita malah membiasakan diri dan terus menerus melakukannya bahkan yang haram pun kita hantam seperti tanpa dosa
.
Sudahkah kita muhassabah diri kita, betapa dangkalnya sifat Wara’ yang kita miliki.
Bukankah seorang mu’min yang sejati adalah orang yang Wara’ yang takut dan khawatir dirinya terjerumus dalam dosa sehingga ia meninggalkan hal-hal yang jelas haramnya, yang masih ragu halal-haramnya, atau yang mendekati tingkatan haram.
Bukankah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الحَلاَلُ
بَيِّنٌ، وَالحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا
كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى المُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ
وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ: كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى،
يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ
“Yang halal itu jelas, yang haram itu jelas. Diantaranya ada yang syubhat, yang tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa menjauhi yang syubhat, ia telah menjaga kehormatan dan agamanya. Barangsiapa mendekati yang syubhat, sebagaimana pengembala di perbatasan. Hampir-hampir saja ia melewatinya” (HR. Bukhari 52, Muslim 1599)
Al Khathabi menjelaskan hadits ini:
وَفِي
هَذَا الْحَدِيثِ مِنَ الْعِلْمِ اسْتِحْبَابُ أَنْ يَحْذَرَ الإِنْسَانُ مِنْ
كُلِّ أَمْرٍ مِنَ الْمَكْرُوهِ مِمَّا تَجْرِي بِهِ الظُّنُونُ وَيَخْطُرُ
بِالْقُلُوبِ وَأَنْ يَطْلُبَ السَّلامَةَ مِنَ النَّاسِ بِإِظْهَارِ الْبَرَاءَةِ
مِنَ الرِّيَبِ
“Dalam hadits ini ada ilmu tentang dianjurkannya setiap manusia
untuk menjauhi setiap hal yang makruh dan berbagai hal yang menyebabkan orang
lain punya sangkaan dan praduga yang tidak tidak. Dan anjuran untuk mencari
tindakan yang selamat dari prasangka yang tidak tidak dari orang lain dengan
menampakkan perbuatan yang bebas dari hal hal yang mencurigakan” (Talbis
Iblis, 1/33)
فَضْلُ
الْعِلْمِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ فَضْلِ الْعِبَادَةِ، وَخَيْرُ دِينِكُمُ
الْوَرَعُ
“Keutamaan dalam ilmu lebih disukai daripada
keutamaan dalam ibadah. Dan keislaman kalian yang paling baik adalah sifat
wara’” (HR. Al Hakim 314, Al Bazzar 2969, Ath Thabrani dalam Al
Ausath 3960. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib 1740)
Begitulah dengan perkara-perkara yang makruh, bagaimana menurut
saudara-saudari dengan perkara yang Haram?
Nasehat untuk kita (Ana wa Antum)
1 komentar:
Terimakasih dan mohon ijin info try out gratis UN SBMPTN
https://marketing.ruangguru.com/uji
Posting Komentar