Rabu, Desember 12, 2012

ABU HAZIM AL-A'RAJ (SALAMAH BIN DINAR) 4




Tempat tinggal Salamah bin Dinar adalah madrasah yang cocok bagi siapapun yang ingin menuntut ilmu dan menghendaki kebaikan. Tidak ada bedanya baik saudara ataupun muridnya.

Pernah suatu ketika Abdurrahman bin Jarir datang bersamaanaknya. Keduanya mengambil tempat duduk disisi belaiu dan memberi salam kemudian mendo’akan kebahagiaan dunia dan akhirat untuk beliau.

Kedua disambut oleh Abu Hazim dan beliau membalas dengan salam yang lebih baik. Kemudian terjadilah perbincangan diantara mereka.

Abdurrahman  : “Wahai Abu Hazim, bagaimana anda mendapatkan hati yang hidup itu?”

Abu Hazim      : “Dengan membersihkan diri dari dosa-dosa besar. Bila seorang hamba bertekad meninggalkan dosa, maka terbukalah baginya kehidupan hati. Jangan pula dilupakan, wahai abdurrahman, sedikit dari dunia ini melalaikan banyak dari akhirat kita. Dan setiap nikmat yang tidak mendekatkan engkau kepada Allah, Maka itu menjadi siksa bagimu.

Putra Abdurrahman    : “Guru kita amatlah banyak. Lalu siapakah diantara mereka yang harus kita jadikan teladan, Wahai ayah?”

Abdurrahman  : “Wahai putraku, ambillah teladan dari mereka yang takut kepada Allah dalam keadaan sembunyi, mereka yang menahan diri dari keburukan, membenahi diri dimasa muda dan tidak menunda hingga datang hari tuannya. Ketahuilah wahai anakku, tidak ada satu hari dimana matahari terbit kecuali datang kepada penuntut ilmu tersebut nafsu dan ilmunya. Keduanya saling berlomba untuk mengalahkan didalam dirinya. Bila ilmunya yang menang atas nafsunya, maka itulah hari keberuntungan baginya. Tetapi bila nafsunya yang mengalahkan ilmunya, maka itulah hari kerugiannya.”

Kemudian Abdurrahman menoleh kepada Abu Hazim sambil berkata : “Wahai Abu Hazim, seringkali kita memperoleh sesuatu yang harus kita syukuri, lantas bagaimana hakikat syukur itu?”

Abu Hazim      : “Untuk setiap bagian dari tubuh kita adalah syukur.”

Abdurrahman  : “Bagaimana cara mensyukuri kedua mata kita?”

Abu Hazim      : “Bila melihat kebaikan engaku menyebarkannya, dan bila melihat keburukan, engkau menutupinya.”

Abdurrahman  : “bagaimana cara bersyukur dengan kedua telinga kita?”

Abu Hazim      : “Bila mendengar kebaikan engkau tersadar, dan bila mendenganr kejahatan, engkau menutupinya.”

Abdurrahman  : “Bagaimana syukurnya kedua tangan?”

Abu Hazim      : “Jangan gunakan untuk mengambil yang bukan hakmu dan jangan kau pakai untuk menghalangi hak-hak Allah Subhana wa Ta’ala. Jangan lupa wahai Abdurrahman, bahwa siapa yang membatasi syukurya hanya dengan lidahnya tanpa menyertakan anggota badannya, maka dia seperti seseorang yang memiliki pakaian yang hanya dibawa dengan tangannya namu dia tidak memakainya. Maka dia tidak bisa terhindar dari trik matahari dan hawa dingin.”

Bersambung . . . .
________________________________________________________________
Shuwaru min Hayati At-Tabi’in. Edisi Indonesia “Mereka Adalah Para Tabi’in”. DR. Abdurrahman Ra’fat Basya.

Tidak ada komentar: