Minggu, November 18, 2012

KESABARAN YANG BERBUAH



KESABARAN YANG BERBUAH

Seorang rekan yang bisa dipercaya bercerita kepadaku, “Saya berdua dengan sahabatku pergi mendakwahi anak-anak muda di kafe-kafe, diskotik-diskotik dan tempat-tempat yang lainnya yang biasa kami lakukan.
Kami berhenti disebuah discotique yang terdengar lantunan nyanyian dari dalamnya, kami mengetuk pintu, pintu dibuka untuk kami.

Ketika kami memasuki ruangan tersebut mereka berhenti berrnyanyi untuk menghargai kami, akan tetapi salah seorang dari mereka tidak menyukai kedatangan kami, lalu ia melontarkan cacian, makian dan sumpah serapah, ia menghembuskan asap rokok kepada kami.

Setelah kami menyampaikan segala apa yang mungkin kami sampaikan dengan takdir Allah, lalu kami beranjak keluar.
Sesampainya diluar sahabatku ini tidak mau pergi, ia berdiam ditempat hiburan tersebut. Saat aku bertanya kepadanya untuk apa menunggu, ia menjawab, ‘Engkau akan tahu saat orang itu –orang yang mencaci didalam ruangan tadi- keluar.’

Setelah dua jam menunggu, orang yang dimaksud oleh sahabatku itu keluar, sahabatku mendekatinya dan memberinya nasehat, akan tetapi orang itu meludahi wajahnya. Sahabatku mengusap ludah orang tersebut dari wajahnya. Ia berusaha memberinya nasehat lagi. Dan orang justru meludahinya sambil mendorongnya. Sahabatku mendekatiku dan memintaku untuk mengikuti orang tersebut, lalu aku bertanya kepadanya, “untuk apa?. Ia berkata, “kamu akan melihatnya besok.”

Kami mengikuti orang tersebut untuk mengetahui tempat tinggalnya. Kami sepakat akan menunaikan shalat magrib bersama dimasjid terdekat dari tempat tinggal orang tersebut pada esok harinya.

Esok harinya setelah menunaikan shalat magrib, sahabatku itu pergi menuju rumah orang tersebut lalu mengetuk pintunya, tatkala orang itu membuka pintu dan melihat sahabatku yang datang, ia segera menderanya dengan cacian dan makian yang memerahkan telinga. Akan tetapi buru-buru sahabatku memegang kepala orang tersebut dan menciumnya –sebuah ungkapan penghormatan dan kecintaan dalam adat istiadat orang arab-, sembari minta izin kepadanya untuk berbicara seperempat jam saja didalam rumah. Sahabatku berhasil mengambil hati orang tersebut.

Kemudian mereka masuk kedalam rumah dan aku mengiringi mereka dari belakang. Sahabatku mulai memberikan saran dan nasehat kepada orang tersebut. Sepuluh menit kemudian air mata kami bertiga menetes tak tertahankan.

Sahabatku meminta kepada orang tersebut untuk mandi dan berwudhu’, kemudian melaksanakan shalat Isya berjamaah bersama-sama dimasjid terdekat.
Setelah kejadian itu, orang tersebut selalu menjaga shalatnya dengan baik.
Suatu hal yang menakjubkan yang dapat kita ambil hikmahnya dari kisah ini adalah, bahw ternyata Allah Ta’ala memanggil orang tersebut kehadirat-Nya (mati) setelah ia bertaubat dan istiqamah dalam agamanya –semoga Allah merahmatinya-.
Dalam kisah ini nampak sebuah tauladan yang sangat baik, bahwa tidak ada seorang muslimpun yang memiliki sifat agung ini kecuali dakwahnya akan berhasil, yakni KESABARAN.

Saudaraku, sudahkah kita menyeru kepada kebaikan? Sudahkah kita mencegah dari kemungkaran? Kemudian kita bersabar atas resiko yang ditimbulkan, sebagaimana bersabarnya Rosulullahi Shallallahi ‘Alaihi wa Sallam, para sahabat dan para salafus shaleh?
Sebuah pertanyaan menunggu jawaban jujur dari hati kita masing-masing.
Saudaraku, tidakkah kamu mau termasuk golongan umat terbaik yang diutus kepada manusia?

Allah Ta’ala berfirman,

كنتم خير أمّةٍ أخرجت للناس تعمرون بالمعروف وينهو ن عن المنكر وتؤمنون بالله

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)
Allah berada dibalik setiap kehendak dan dialah yang memberikan petunjuk kepada jalan kebenaran.

__________________________________________
Kesaksian Seorang Dokter Mensucikan Hati melalui Kisah-Kisah Nyata. dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jubbair, SpJP hal. 90 – 92

Tidak ada komentar: