Selasa, September 17, 2013

Pasang Surut Keimanan


Bukan rahasia lagi bahwa keimanan memiliki kedudukan dan tempat yang tinggi, karena ia adalah sesuatu yang paling penting dari hal-hal yang penting dan sesuatu yang paling wajib dari hal-hal yang wajib secara mutlak. Bahkan ia merupakan sesuatu yang paling agung dan paling luhur. Segala kebaikan di dunia dan di akhirat tergantung
pada adanya keimanan serta kebenaran dan kemurnian iman itu sendiri. Iman memiliki faedah (manfaat) yang banyak laksana hujan yang deras. Iman juga memiliki buah yang ranun lagi kekal, hasil yang lezat, dan kebaikan yang terus menerus.

Karena itulah, banyak orang menyinsingkan lengan bajunya, berlombalomba untuk memberikan perhatian pada keimanan, baik dalam rangka merealisasikannya maupun untuk menyempurnakannya. Sebab, seorang muslim yang diberikan taufik sudah semestinya perhatian terhadap keimanan lebih besar daripada perhatiannya terhadap segala sesuatu.

Mengingant bahwa para kaum Salaf (para Sahabat nabi, Tabi'in, dan Tabi'ut tabi'in). para pemimpin mereka, orang-orang pilihan dari mereka dan orang yang ada digarda depan dari kalangan mereka telah mendapat kejayaan dengan keimanan tersebut. Maka perhatian mereka terhadap keimanan mereka sangatlah besar dan menonjol.

Maka mereka -Semoga Allah meridhoi dan merehmati mereka- saling menguatkan keimanan, saling mengawasi amal-amal, dan saling berwasiat diantara mereka.

Riwayat--riwayat dari mereka tentang hal itu sangatlah banyak. Diantaranya;





1. 'Umar bin al-Khattab-Radhiallahu 'anhu- berkata kepada para sahabatnya:

"Marilah kita tambah keimanan kita."

didalam redaksi yang lain:

"Kemarilah, mari kita tambah keimana kita."

2. "Abdullah bin Mas'ud-Radhiallahu 'anhu- berkata:

"Duduklah bersama kami untuk menambah keimanan."

Belaiaupun pernah berkata dalam do'anya:

"Ya Allah, tambahkanlah kepadaku keimanan, keyakinan dan kefaqihan (kefahaman dalam agama)."

3. Mu'adz bin Jabal-Radhiallahu 'anhu- pernah berkata:

Duduklah sejenak bersama kami untuk menambah keimanan."

4. 'Abdullah bin rawahah-Radhiallahu 'anhu- pernah menarik tangan beberapa orang dari kalangan Sahabat, lalu berkata:

"Marilah sejenak kita (Menambah) keimanan, marilah kita mengingat Allah dan menambah keimanan dengan keta'atan kepadanya, semoga Dia mengingat kita dengan Ampunan-Nya."

5. Abu Darda'-Radhiallahu 'anhu- berkata:

"Diantara kefahaman seseorang terhadap agama adalah bahwa dia tahu apakah (keimanannya) itu bertambah atau berkurang, dan sesungguhnya diantara kefahaman seseorang terhadap agamanya adalah bah ia mengetahui kapan godaan-godaaan syaitan datang."

6. 'Umair bin Habib al-Khathami-Radhiallahu 'anhu- berkata:

"Iman itu bertambah dan berkurang." kemudian beliau ditanya, "Bagaimanakan bertambah dan berkurangnya?" Beliau menjawab, "Jika kita mengingat Allah-'Azza wa Jalla- memuji dan mensucikan-Nya, maka itulah bertambahnya. Dan jika kita melalaikan-Nya, meninggalkan-Nya, dan Melupakan-Nya, maka itulah berkurangnya.

7. 'Alaqamah bin Qais an-Nakha'i-Rahimahullah- (beliau adalah salah satu tokoh pembesar tabi'in), berkata kepada para sahabatnya:Berjalanlah bersama kami, marilah kita menambah keimanan bersama."

8. 'Abdurrahman bin 'Amr al-Auza'i-Rahimahullah- pernah ditanya tentang keimanan, "Apakah keimanan itu bisa beertambah?" Beliau menjawab, "Betul, bahkan  bisa sebesar gunung." beliaupun ditanya, "Apakah bisa berkurang?" Beliau menjawab "Betul, bahkan sampai tidak tersisa sedikitpun."

9. Imam Ahlus Sunnah, Ahamd bin Hanbal-Rahimahullah- pernah ditanya tentang keimanan. "Apakh ia bertambah dan berkurang?" Lalu beliau menjawab, "Bisa bertambah hingga mencapai langit yang ketujuh, dan bisa berkurang hingga sampai kelapisan paling bawah yang ketujuh.

Perkataan mereka (para ulama) tentang masalah ini sangatlah banyak. Demikian pula  barangsiapa merenungi perjalan hidup mereka dan membaca kisah tentang mereka, niscaya akan mengetahui besarnya perhatian mereka terhadap masalah keimanan dan agungnya curahan pikiran mereka terhadapnya.

Orang-orang pilihan seperti mereka mengetahui bahwa keimanan memiliki banyak sebab yang dapat membuatnya bertambah dan berkembang. Dan iman pun memiliki banyak sebab lainnya yang dapat membuatnya berkurang, melemah dan lumpuh. Karena itulah mereka bersungguh-sungguh didalam mewujudka segala hal yang dapat menguatkan keimanan dan menyemppurnakannya. Merekapun sangat waspada terhadap segala hal yang dapat melemahkan dan mengurangi keimanan. Dengan demikian mereka menjadi orang-orang baik lagi pilihan.

karena itulah, didalam mengetahui sebab-sebab ini-yakni, sebab-sebab bertambahnya dan berkurangnya keimanan- terdapat banyak faidah dan manfaat yang sangat melimpah. Mengenal dan mengetahui kriterianya merupakan hal yang sangat mendesak untuk diketahui dan diperhatiakan. Hal itu karena keimanan merupakan kesempurnaan seorang hamba dan jalan menuju keberuntungan serta kebahagiaannya, diman dengan derajat seorang hambamenjadi tinggi didunia dan diakhirat. Alhasil, iman adalah sebab sekaligus jalan segala kebaikan didunia dan akhirat. Keimana tidak akan kuat kecuali dengan mengetahui jalan beserta sebab-sebabnya.

Maka sepantasnya bagi seorang hamba muslim yangg selalu menasehati dirinya, dan berkeinginan keras untuk mewujudkan kebahagiaanya untuk bersungguh-sungguh didalam mengetahui seba-sebab ini, merenungkannya, kemudian merealisasikannya didalam kehidupan agar keimanannya bertambah dan keyakinannya semakin kuat. Dan sepantasnya pula ia menjauhi segala sebab yang dapat mengurangi keimanan, dan menjaga diri agar tidak terjerulus kedalamnya, agar ia selamat dari segala akibat yang membahayakannya. Barangsiapa yang menyesuaikan diri dengan semua itu, maka ia telah diberi taufik untuk semua kebaikan.

Al-'Allamah Ibn Sa'di-Rahimahullah- berkata: "Seorang hamba mukmin yang diberikan taufik senantiasa berusaha didalam melakukan dua hal:

Pertama: Merealisasikan keimanan dan cabang-cabangnya serta mewujudkannya secara keilmuan, pengamalan, dan penampilan (keadaan).

Kedua: Berusaha menolak berbagai hal yang dapat membatalkan dan menguranginya, baik bahaya yang nampak maupun tidak. Mengobati dari segala kelalaian untuk yang pertama, dan dari segala kesalahan yang ia lakukan pad pon yang kedua dengan taubat yang sunggu-sungguh dan dengan melakukan kebaikan sebelum semuanya terlalmbat.(1)(2)

1  At  Taudhiih wal Bayaan li Syajaratil Iimaan (hal. 38)

2  Muqaddiah buku "Pasang Surut Keimanan, Kiat Meningkatkan Keimanan dan Mencegah dari Keterpurukan".

Tidak ada komentar: