Minggu, November 18, 2012

Sahabat Tsabit bin Qais Al-Anshari



Sahabat Tsabit bin Qais Al-Anshari

Tsabit bin Qais adalah seorang sahabat, laki-laki mukmin dengan iman yang dalam, bertaqwa dengan ketaqwaan yang bersih, sangat takut kepada Rabbnya, sangat berhati-hati dalam segala perkara yang membuat Allah Subhana wa Ta’ala marah.
Jika para delegasi datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membanggakan diri atau berdialog dengan lisan yang fasih dan lantunan kata yang merdu mendayu, baik para khatib maupun para penyairnya. Maka tsabit maju kedepan untuk menjawab para khatib mereka, sedangkan hassan bin tsabit meladeni para penyairnya.
Suatu hari Nabi Shallallahu ‘Alaihi waSallam meliahat Tsabit bin Qais Al-Anshari bersedih dan berduka, kedua lututnya gemetar karena khawatir dan takut, lantas Nabi Shallallahu ‘Alaihi waSallam bertanya kepadanya, “Ada apa denganmu wahai Abu Muhammad?”
Dia menjawab, “Aku takut telah berbuat celaka ya Rasulullah.”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi waSallam, “Mengapa?”

Dia menjawab, “Allah Subhana wa Ta’ala melarang kami berharap dipuji dengan sesuatu yang tidak kami lakukan, sementara aku adalah orang yang suka pujian. Allah melarang kami bersikap sombong sedangkan aku adalah orang yang mengagumi diriku.”

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam menenangkan kecemasannya, sampai beliau bersabda kepadanya, “Wahai Tsabit, apakah kamu tidak rela hidup dalam keadaan terpuji, mati sebagai syahid dan masuk syurga?”

Wajah Tsabit berbinar dengan berita gembira tersebut, dia berkata, “Ya wahai Rasulullah, Ya wahai Rrasulullah.”

Lantas Nabi Shallallahu ‘Alaihi waSallam bersabda, “Itu milikmu.”

Manakala firman Allah Ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” QS. Al-Hujurat:2 diturunkan, sejak itu Tsabit bin Qais menjauh dari majlis-majlis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam sekalipun dia sangat mencintainya dan sangat berkeinginan mendatanginya, Tsabit diam di rumahnya dan tidak pernah meninngalkannya kecuali hanya untuk shalat berjama’ah. Rasululllah Shallallahu ‘Alaihi waSallam pun mencari  Tsabit, Beliau bertanya, “Siapa yang hadir membawa beritanya kepadaku.”

Maka seorang laki-laki Anshar berkata, “Aku ya rasulullah.”

Laki-laki anshar itu pergi ke rumah Tsabit, dia melihat Tsabit dalam keadaan berduka dan bersedih, kepalanya tertunduk, laki-laki Anshar itu bertanya, “Mengapa dengan dirimu wahai Abu Mehammad?”

Tsabit menjawab, “Buruk.”

Dia (laki-laki Anshar) bertanya, “Apa itu?”

Tsabit menjelaskan, “Sesungguhnya kamu mengetahui aku bersuara tinggi, tidak jarang suaraku mengalahkan tingginya suara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam, semantara ayat Al quran telah turun seperti yang telah kamu ketahui, aku tidak menyangka sama sekali amalku telah batal dan aku akan menjadi penghuni Neraka.”

Laki-laki Anshar itupun pamit dan menyampaikan jawaban Tsabit kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam bersabda, “Pergilah kepadanya dan katakan, ‘kamu bukan penghuni Neraka sebaliknya kamu adalah penduduk Syurga’.”

Sebuah berita gembira besar kepada Tsabit diman dia mengharapkan kebaikan sepanjang hayatnya.


Mereka Adalah para Shahabat, DR. Abdurrahman Ra’fat Basya. Hal 354

Tidak ada komentar: